CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 07 Januari 2010

minyak dunia tak lepas dari spekulasi pemulihan ekonomi global. Selain itu, penurunan nilai tukar dollar AS beberapa waktu lalu ikut menyulut harga minyak.

Vice President Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere bilang, sampai semester pertama 2010, nilai tukar dollar AS masih cenderung melemah. Dus, harga minyak masih berpeluang naik menuju level US$ 82 per barel.

Pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto berpendapat, kenaikan harga minyak lebih dipicu oleh permintaan di pasar berjangka, bukan semata-mata permintaan riil. "Apalagi, saat ini dollar cenderung melemah terhadap mata uang lain. Faktor musim dingin juga bisa menggerakkan harga minyak dalam jangka pendek," ujar dia, kemarin.

Pri Agung memprediksi, secara fundamental harga minyak dunia hanya akan berada di rentang US$ 70 - US$ 80 per barel. Dengan catatan, jika pertumbuhan ekonomi dunia berjalan mulus seperti yang diharapkan.
"Tapi kondisi ekonomi saat ini, kan, masih tidak pasti," imbuh dia.

Menurut Pri, pasokan minyak sepanjang 2010 bisa mencapai 89 juta barel per hari, sedangkan permintaannya hanya 84 juta barel per hari. "Dari pasokan 89 juta barel, OPEC sudah memotong produksi hingga 5 juta barel," kata Pri Agung. Jadi, tak ada alasan harga minyak naik. Sebab, berapa pun penambahan permintaan minyak masih bisa disuplai oleh negara-negara produsen.


Irma Yani, Sandy Baskoro KONTAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar